16 Januari 2011, di atas laut & dibawah langit borneo, love sea so much, feel the wind, smell the air, it is so..freely, peace, sexy 🙂

Piyungan, DI.Yogyakarta, Idul Adha 2001, 12.00 WIB

First time meet u’r father,

Wadooohhh…smua orang dah pada ngumpul di masjid. Dari jauh terdengar suara cek sound dari speaker inventaris KMFH.
“tya, ayukkk!!!”, seorang teman memanggil.
Segera kami menuju masjid lokal yg sangat mungil itu. Acara penutupan Bakti Sosial skaligus perpisahan telah dimulai. Setelah kemarin menggelar Bazar sembako murah dan baju layak pakai, lalu pagi ini sholat ied bersama, pemotongan hewan kurban dan lomba kecil2an untuk anak-anak, tuntaslah rangkaian kegiatan bakti sosial KMFH dalam rangka idul adha yg tahun ini bertempat di Piyungan. Waktunya say good bye.
karena masjid sudah full maka kami pun hanya bisa duduk di pintu masuk. ketika kami duduk, terdengar bisik2 di iringi suara tawa kecil dari teman2ku yang lebih dulu berada disana. tak mau ketinggalan berita aku pun bertanya” apa sih, apa sih??”
“Itu tu ada kecengannya Yuni”, kata seorang teman sambil kepalanya mengedik pada beberapa sosok di depan. tidak beberapa lama terjadi gangguan pada sound sistem. Seorang laki-laki yang tidak kukenal dan baru kulihat kali itu berdiri untuk membenahi perangkat.
Seketika terdengar gumaman dari seluruh yang hadir, namun dari area teman2 segenk-ku jelas sekali bukan karena gangguan itu. melainkan…..
‘Kae..kae wong’e..ganteng tenan yo…” terdengar suara Yuni.
“oooo sing kuwi tho..sopo jenenge?” Windmar menimpali.
Andith menjawab “Mas Ifan”. dan kulihat sebagian besar memandang mas itu dengan terkagum-kagum.
“ciye…..mas Ifan..dicari Yuni ni…”
“ciye…ciye….”
terdengar suara tawa tertahan teman2 yang lain, sementara beberapa lainnya mendongak tak ingin terlewatkan siapa sebenarnya yang dimaksud. begitu pula dengan ku. sekilas kulihat sosok itu. tak ada yang istimewa. biasa saja menurutku. lumayan lah ga jelek2 amat, tapi klo dibilang ganteng skali, darimananya ya, pikirku. sosok itu pun baru kali ini kulihat, mungkin angkatan atas. hmmm..aku pun larut juga dalam keasyikan menggoda Yuni dan eforia adanya cowok keren baru, walau dalam hati menurutku : enggaklah, penampilan terlalu manis begitu untuk laki2.
13.00 WIB
Mana sih sandalku….hiks sandal japit biru yang manis yang baru kubeli khusus untuk kegiatan ini. gggrrrrrh sapa yang make g bilang2?!
“dipenjem anak buat ke kamar mandi kali ya’?’ kata Imah, “hayuk q anter nyari di sana!”. Kami pun berjalan menuju tempat mandi yang berbeda bangunan dari rumah tempat kami bermalam, karena didesa ini memang tidak setiap rumah memiliki fasilitas kamar mandi. Dengan tas ransel di punggung dan Imah menemani, aku berjalan dengan kaki telanjang. berpikir bagaimana jadinya kalau sandalnya tidak ketemu, pulang “nyeker’ dunk! hiks sebel..sebel…
saat meresapi kepenatan hati, tiba-tiba kurasakan lengan Imah menyentuh dengan sengaja lenganku. Kutolehkan kepalaku padanya ketika saat itu juga kepalanya mengedik pada sosok beberapa meter di depan kami. Disalah satu teras rumah penduduk ada seorang laki-laki berdiri memandang keriuhan anak2 yang hilir mudik. aku tak mengerti maksud Imah, sampai beberapa detik kemudian kuteringat, ya, ni kan si cowok kecenganannya Yuni itu. so what? pada dasarnya q memang tidak tertarik di tambah masalah sandal dan ancaman pulang nyeker. hffffffh… Dan perasaanku pun masih sama hampanya bercampur kejengkelan ketika tiba2 si mas-mas ini menyapa kami “eh, mau pulang ya?!”
pertanyaan yang aneh! ndak lihatkah kakiku yang tanpa sandal, ditambah lagi memang kendaraannya juga belum pada siap kok. jengkel sekali rasanya mendengar pertanyaan bodoh macam ini. aku pun membuang muka (dan kuakui) dengan ketus. Rasanya ingin ngedumel keras2 “stupid bgt si kayak g ada pertanyaan yg lebih membantu”!
samar2 kudengar imah menjawab “belum mas, nanti”.
segera ku tarik lengan Imah agar berjalan lebih cepat. Kami sudah agak jauh berjalan melewatinya ketika tiba-tiba kudengar ia setengah berteriak “E eh, namanya siapa?”
Imah pun menoleh sementara aku memilih terus melangkah.
“Yang mana mas?” sahut Imah.
“yang….dua-duanya”
“ooo saya Imah, yang ini Tya” sekilas kulirik Imah menunjuk kearahku.
“Salam ya imah” laki2 itu berkata lagi.
“buat siapa mas???”
“buat Tya”
Hiyaaaaa gubrak….! laki-laki yang kurang aj*r. emang q g punya kuping apa ngasi salam kok didepanku langsung begitu.
aku pun mempercepat langkah kakiku. sementara Imah tertawa-tawa menyusulku. sesampainya disampingku ia berucap “hahaha nanti tak bilangin Yuni ah, kecengannya nyalamin Tya!” sambil tak henti2 tertawa. Aku pun meliriknya dengan heran bercampur curiga “Napa kamu yang seneng mah?!”. Yang ada malah runyam lagi ni urusannya kalo Yuni g terima.

Kediri, 2006, 04.15 pagi.

Nada panggil hpku berbunyi. tidak membangunkanku karena beberapa menit sebelumnya ku telah terbangun. chek penampilan selesai, segera kujinjing sepasang sepatu ketsku keluar kamar kostku. ku buka pintu pagar, bersamaan itu pula pagar di rumah seberang jalan pun terbuka. “hai…” sambil nyengir ku kenakan sepatuku. “hehe” desy ikut nyengir. kami pun nyengir bersama-sama. “dah siap?” Tanya Desy kemudian. “yuks!”.
Kami mulai berlari, pelan dan santai. kugerak-gerakkan tangan dan kepalakuku ke kiri, kanan, atas. “sampe jalan Pattimura ya?!” kata Desy. “Okeh” jawabku. nonstop berlari, akhirnya tibalah kami di Jalan Pattimura. dengan nafas tersengal-sengal kami mulai berjalan kembali sambil menghimpun nafas.
beberapa pasang suami istri yang beranjak lansia rupanya beraktivitas serupa dengan kami. mereka memandang dan tersenyum pada kami. akupun mengangguk untuk membalas sapa tak terucap mereka.
beberapa menit berjalan, Desy berkata, “sampe depan Yamaha ya”?!
“hah”!, bener-bener partner jogging yang tangguh nih, pikirku. “ya, tar klo ku udah ga kuat kamu lari aja terus, nanti tak susul”, jawabku. kami pun mulai berlari lagi. menjelang belokan kearah jalan Dhoho, di ujung jalan terlihat seseorang mengais-ngais sebuah tong sampah yang berada di pinggir jalan. mataku terus memandanginya. mencoba memastikan kecurigaanku bahwa yang dicarinya bukanlah sekedar botol minuman bekas layaknya seorang pemulung, melainkan sesuatu untuk dimakan.
sampai aku melewatinya, ia belum juga menemukan yang dicarinya. aku menurunkan kecepatan derap lari kakiku. Sebab beberapa meter tak jauh darinya, setelah membelok memasuki jalan Dhoho, ku melihat satu-dua orang tangah terlelap di emperan toko-toko yang berjajar sepanjang jalan Dhoho. sementara itu beberapa orang yang nampaknya juga telah menghabiskan semalam tadi dibawah atap teras pertokoan, terlihat telah terbangun. aku terus berlari. sampai beberapa saat kemudian. derap kakiku melemah ketika beberapa meter di depanku kulihat sesosok orang nampak sedang memakan sesuatu di samping sebuah tong sampah lainnya.
semakin dekat makin jelas kulihat apa yang dilakukannya. ya, ia memang sedang makan. makan dengan posisi berdiri di samping tong sampah. mengenakan baju lusuh, perempuan yang nampak sudah berusia itu tak memperhatikan aku yang terus memandanginya. lahap ia dengan jari-jarinya yang menyuap nasi dari sebuah kertas bungkus nasi yang nampak sudah tak utuh lagi. kertas pembungkus nasi yang dimakannya itu sama compang campingnya dengan baju yang dikenakannya. melewatinya, namun sebelum mataku beralih darinya, ku lihat tangannya yang tadi menyuapkan nasi ke mulutnya digerakkannya memasuki tong sampah di sampingnya. mengaduk-aduk. entah apa lagi yang dicarinya. tambahan lauk untuk menemani makannya?????
aku pun kembali berlari. Desy sudah menanti di depan Yamaha. kami berjalan berdampingan dan tepat sebelum alun-alun Kediri membelok kekiri kearah pulang.