Piyungan, DI.Yogyakarta, Idul Adha 2001, 12.00 WIB

First time meet u’r father,

Wadooohhh…smua orang dah pada ngumpul di masjid. Dari jauh terdengar suara cek sound dari speaker inventaris KMFH.
“tya, ayukkk!!!”, seorang teman memanggil.
Segera kami menuju masjid lokal yg sangat mungil itu. Acara penutupan Bakti Sosial skaligus perpisahan telah dimulai. Setelah kemarin menggelar Bazar sembako murah dan baju layak pakai, lalu pagi ini sholat ied bersama, pemotongan hewan kurban dan lomba kecil2an untuk anak-anak, tuntaslah rangkaian kegiatan bakti sosial KMFH dalam rangka idul adha yg tahun ini bertempat di Piyungan. Waktunya say good bye.
karena masjid sudah full maka kami pun hanya bisa duduk di pintu masuk. ketika kami duduk, terdengar bisik2 di iringi suara tawa kecil dari teman2ku yang lebih dulu berada disana. tak mau ketinggalan berita aku pun bertanya” apa sih, apa sih??”
“Itu tu ada kecengannya Yuni”, kata seorang teman sambil kepalanya mengedik pada beberapa sosok di depan. tidak beberapa lama terjadi gangguan pada sound sistem. Seorang laki-laki yang tidak kukenal dan baru kulihat kali itu berdiri untuk membenahi perangkat.
Seketika terdengar gumaman dari seluruh yang hadir, namun dari area teman2 segenk-ku jelas sekali bukan karena gangguan itu. melainkan…..
‘Kae..kae wong’e..ganteng tenan yo…” terdengar suara Yuni.
“oooo sing kuwi tho..sopo jenenge?” Windmar menimpali.
Andith menjawab “Mas Ifan”. dan kulihat sebagian besar memandang mas itu dengan terkagum-kagum.
“ciye…..mas Ifan..dicari Yuni ni…”
“ciye…ciye….”
terdengar suara tawa tertahan teman2 yang lain, sementara beberapa lainnya mendongak tak ingin terlewatkan siapa sebenarnya yang dimaksud. begitu pula dengan ku. sekilas kulihat sosok itu. tak ada yang istimewa. biasa saja menurutku. lumayan lah ga jelek2 amat, tapi klo dibilang ganteng skali, darimananya ya, pikirku. sosok itu pun baru kali ini kulihat, mungkin angkatan atas. hmmm..aku pun larut juga dalam keasyikan menggoda Yuni dan eforia adanya cowok keren baru, walau dalam hati menurutku : enggaklah, penampilan terlalu manis begitu untuk laki2.
13.00 WIB
Mana sih sandalku….hiks sandal japit biru yang manis yang baru kubeli khusus untuk kegiatan ini. gggrrrrrh sapa yang make g bilang2?!
“dipenjem anak buat ke kamar mandi kali ya’?’ kata Imah, “hayuk q anter nyari di sana!”. Kami pun berjalan menuju tempat mandi yang berbeda bangunan dari rumah tempat kami bermalam, karena didesa ini memang tidak setiap rumah memiliki fasilitas kamar mandi. Dengan tas ransel di punggung dan Imah menemani, aku berjalan dengan kaki telanjang. berpikir bagaimana jadinya kalau sandalnya tidak ketemu, pulang “nyeker’ dunk! hiks sebel..sebel…
saat meresapi kepenatan hati, tiba-tiba kurasakan lengan Imah menyentuh dengan sengaja lenganku. Kutolehkan kepalaku padanya ketika saat itu juga kepalanya mengedik pada sosok beberapa meter di depan kami. Disalah satu teras rumah penduduk ada seorang laki-laki berdiri memandang keriuhan anak2 yang hilir mudik. aku tak mengerti maksud Imah, sampai beberapa detik kemudian kuteringat, ya, ni kan si cowok kecenganannya Yuni itu. so what? pada dasarnya q memang tidak tertarik di tambah masalah sandal dan ancaman pulang nyeker. hffffffh… Dan perasaanku pun masih sama hampanya bercampur kejengkelan ketika tiba2 si mas-mas ini menyapa kami “eh, mau pulang ya?!”
pertanyaan yang aneh! ndak lihatkah kakiku yang tanpa sandal, ditambah lagi memang kendaraannya juga belum pada siap kok. jengkel sekali rasanya mendengar pertanyaan bodoh macam ini. aku pun membuang muka (dan kuakui) dengan ketus. Rasanya ingin ngedumel keras2 “stupid bgt si kayak g ada pertanyaan yg lebih membantu”!
samar2 kudengar imah menjawab “belum mas, nanti”.
segera ku tarik lengan Imah agar berjalan lebih cepat. Kami sudah agak jauh berjalan melewatinya ketika tiba-tiba kudengar ia setengah berteriak “E eh, namanya siapa?”
Imah pun menoleh sementara aku memilih terus melangkah.
“Yang mana mas?” sahut Imah.
“yang….dua-duanya”
“ooo saya Imah, yang ini Tya” sekilas kulirik Imah menunjuk kearahku.
“Salam ya imah” laki2 itu berkata lagi.
“buat siapa mas???”
“buat Tya”
Hiyaaaaa gubrak….! laki-laki yang kurang aj*r. emang q g punya kuping apa ngasi salam kok didepanku langsung begitu.
aku pun mempercepat langkah kakiku. sementara Imah tertawa-tawa menyusulku. sesampainya disampingku ia berucap “hahaha nanti tak bilangin Yuni ah, kecengannya nyalamin Tya!” sambil tak henti2 tertawa. Aku pun meliriknya dengan heran bercampur curiga “Napa kamu yang seneng mah?!”. Yang ada malah runyam lagi ni urusannya kalo Yuni g terima.